Freddy Setiawan’s Journey

Hanya Sebuah Goresan

Maaf, Aku Tidak Mencintaimu

Posted by freddysetiawan on November 14, 2010

Malam ini, aku tidak bisa tidur, aku mengantuk sekali , tapi aku benar-benar tidak bisa tidur. Sudah aku coba pejamkan mata, namun tetap saja aku tak bisa terlelap dan masuk ke dalam alam mimpi. Aku bolak-balik mencari posisi yang lebih nyaman , namun hasilnya nihil, aku pun masih terjaga, tidak bisa tertidur.

Iseng-iseng aku membaca inbox di handphone ku, ada 900-an sms, aku sorting cepat, aku lihat tak ada yang berkesan, hanya sms-sms biasa kepada orang-orang biasa yang sedang aku coba untuk menjadi luar biasa, namun hatiku belum bisa merubah kenyataan itu, mereka masih biasa saja dimataku. Maka aku mark all, delete dan musnah lah semua sms yang ada di handphone ku itu .

Namun tiba-tiba ada yang menarik perhatianku, sms yang aku hapus tadi adalah sms yang tersimpan di memory telepon, rupanya masih ada 1500-an sms di memory card. Isinya kurang lebih adalah sms-sms yang sudah lebih dari 1 tahun yang lalu, aku sorting cepat, ada beberapa sms pertanyaan dan pembahasan tentang tugas Anum, PPL, Komas. Karena sudah sedikit lama, aku baca satu persatu dan aku hapus pelan-pelan.

Ternyata disela-sela sms-sms itu, aku menemukan beberapa hal, ada sms dari seorang sahabat yang kini telah menjadi seorang player, saat ini dia seolah tak pernah berhenti mencari wanita, padahal dia dulu tidak menyukai wanita, hingga pada penghujung perjalanan SMA dia menemukan seorang wanita yang benar-benar ia cintai, ia tulus mencintai wanita itu, namun akhirnya ia disakiti sampai-sampai ia pernah mengharapkan pesawat yang ditumpanginya jatuh karena depresi patah hati. huff… . Sms yang dikirim itu adalah sms ketika ia sedang labil, aku bahkan tidak percaya jika sms itu pernah dikirimkan kepadaku apabila melihat keadaan dia saat ini. Ia bertanya “Apa yang harus dilakukan ketika hubungan itu sudah sangat rapuh?” dan “Mana lebih baik, mencintai atau dicintai? kasih alasan?“.

Aku tidak akan membahas tentang sahabatku itu ataupun pembahasan sms itu, itu jalan yang sudah dipilihnya, ia memang sedikit nakal sekarang, namun ia sangat mencintai pacarnya yang sekarang, ia sangat optimis akan membangun bahtera rumah tangga bersama pacarnya yang sekarang. Aku hanya bisa menasehatinya agar ia kembali ke jalan yang lurus, jangan nekad walau hanya untuk bersenang-senang dan tidak menyia-nyiakan yang telah ia dapatkan. Yang menjadi kegundahan hatiku kali ini adalah, sms itu seolah menyadarkan aku akan banyak hal, selama ini aku merasa selalu menjadi korban keganasan sebuah hubungan, namun ternyata kenyataannya seringkali akulah yang menyebabkan malapetaka dan penyebab semua itu terjadi. Aku merasa tidak mampu menjaga kekompakan hubungan kami, namun sebenarnya, akulah yang merusak hubungan itu. Aku merasa mencintai dengan tulus tapi tidak dicintai dengan tulus, namun kenyataannya, akulah yang tidak mencintai dengan sepenuh hati dan memberi harapan untuk dicintai.

Aku bukan tanpa pembelaan, aku mencintai pacarku dengan sepenuh hati dan tulus, aku berani mempertaruhkan apapun bahwa tidak ada yang wanita lain yang aku cintai selain pacarku. Namun, sering kali terjadi kesalahpahaman, persahabatanku dengan wanita lain ataupun orang yang pernah singgah dihati dianggap sebagai kisah cinta lain, kadang kala aku pun tidak bisa tegas pada wanita lain yang mendekati aku, aku tak bisa mengatakan pada mereka kalo aku tidak mencintai mereka, aku hanya menghindar, mencoba mencari alasan untuk menjauh dari dia, berharap ia melupakan aku dan menemukan pria lain yang lebih baik.

Pernah ada seorang wanita, ia teman sekolah ku dulu, sudah lama kami kehilangan kontak, tiba-tiba kami bertemu di facebook, setelah beberapa kali bertegur sapa, kami pun bertukar nomor handphone, tak aku sangka ia begitu perhatian, ia menyapa dipagi hari, menanyakan kabar, memberi semangat. Selama ini aku berpikir positif, apa salahnya perhatian seorang teman, namun semuanya makin meruncing, ia tiba-tiba mulai memanggil sayang dan berharap lebih, padahal aku dan dia tidak ada apa-apa, tidak ada hubungan apa-apa, aku tidak mengharapkan ia menjadi seseorang berarti bagiku karena aku lebih senang berteman. Namun sikapnya yang seperti ini mulai membuatku tidak nyaman, tapi aku tidak dapat mengatakan kalau aku tidak menyukainya, aku tidak ingin mengecewakan perasaan yang ada pada dirinya, aku hanya menutup telinga , memutuskan untuk menjauh, aku mencari alasan kalau aku sedang sibuk dan tidak ingin diganggu, menghilang pelan-pelan darinya.

Kejadian ini bukan hanya sekali, juga pernah ada beberapa orang lainnya, seorang teman kampus, seorang temannya teman yang dikenalkan ketika duduk berramai-ramai, dan juga seorang junior. Bahkan saat ini pun ada lagi hal seperti itu, seorang teman lama yang sudah kehilangan kontak, beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba bertemu dan saling bertukar nomor handphone lagi, sejak saat itu, ia begitu gencar meng-sms dan menge-wall di facebook aku, awalnya aku masih bersikap santai, namun lama kelamaan ia makin agresif, ia memanggil “bebi…bebi…” padahal aku dan dia tidak ada apa-apa, tidak ada hubungan diantara kami, aku tidak tega untuk menyuruhnya berhenti melakukan itu karena aku tidak ingin menghancurkan perasaannya, aku memutuskan untuk menjauh, sering tak aku balas sms dan wall dia, berharap dia jenuh dan mencari pria lain yang lebih baik.

Kondisi ini sering kali menjadi permasalahan bagiku, aku tidak punya rasa dan perasaan pada mereka, namun mereka menganggap berlebihan, apa yang terjadi? akhirnya wanita yang ingin aku seriusi dan aku incar malah menganggap aku tidak serius dengannya . Apes dah.

Disisi lain, aku pernah jalan dengan wanita yang dulu pernah aku suka ketika tiba-tiba berjumpa setelah sekian lama tak bertemu lagi, aku tidak ada perasaan apa-apa lagi dengan dia, toh dia juga sudah punya pacar, aku memang selalu berusaha menjaga persahabatan dan tidak ingin bermusuhan dengan mereka, namun persahabatan dan kejadian jalan ini malah menjadi bumerang bagiku, pacarku menganggap aku bermain dibelakangnya, aku sudah mencoba menjelaskan bahwa kami tidak ada apa-apa, namun hasilnya nihil , hubunganku pun kandas.

Mungkin aku hanya harus sedikit lebih keras. Aku harus berani mengatakan “Maaf, aku tidak mencintaimu

4 Responses to “Maaf, Aku Tidak Mencintaimu”

  1. dewita said

    itulah cinta…

  2. b’tolak blakang sMa iiank aku Rsaiin kk..

  3. ismi laila wisudana said

    Hmm, drpda kena lagi, lebih baik batasi utk berhbgn dg “lawan jenis” yang dianggap sbg tmn. drpda trs2an mnghindar stlh ketahuan ujungnya yang “meruncing” dan kamu hanya bisa lari dan mnghindar, lbh baik batasi itu semua ketka akan berteman. Laki-laki sejatinya boleh mngtakan jika “hubungan kami hanya tmn”, permasalahannya adalah tidak ada yang bisa menjamin hati seorang wanita untuk ttp mngtkn “kami hanya bertmn”.

  4. verry nice

Leave a reply to dewita Cancel reply